Senin, 12 Mei 2014

Tirai Cinta

 Usiaku baru delapan belas tahun ketika cinta membuka mataku
dengan sinar-sinar ajaibnya dan menyentuh jiwaku untuk pertama
kalinya dengan jari-jemarinya yang membara, Selma Karamy adalah
wanita pertama yang membangkitkan jiwaku dengan kecantikannya serta
membimbingku kedalam taman cinta kasih yang luhur, tempat hari-hari
berlalu laksana mimpi dan malam-malam bagaikan perkawinan.

 Selma Karamylah yang mengajariku memuja keindahan lewat kecantikannya
sendiri dan menyampaikan padaku rahasia cinta dengan segenap perasaan
hatinya. dialah yang pertama kali menyanyikan puisi kehidupan hakiki
untukku.

 Setiap orang muda pasti teringat cinta pertamanya dan mencoba menangkap
kembali hari-hari yang asing itu, yang kenangannya mengubah perasaan di relung
hatinya dan membuatnya begitu bahagia di balik segala kepahitan misterinya.

 Dalam hidup setiap orang muda pasti ada seorang 'Selma' yang tiba-tiba muncul
padanya di hari-hari musim semi kehidupannya, dan mengubah kesendiriannya
menjadi saat-saat bahagia serta memenuhi keheningan malam-malamnya dengan
irama musik.

 Aku terbenam jauh kedalam pikiran dan renungan dan berusaha memahami makna
semesta alam serta firman kitab-kitab ketika aku mendengar cinta berbisik
ke telingaku lewat bibir-bibir 'Selma'. Hidupku adalah sebuah koma, hampa
bagai kehidupan Adam dalam sorga, ketika aku melihat selma berdiri didepanku
seperti seberkas cahaya. dia adalah hawa dari jantung hatiku yang memenuhinya
dengan segenap rahasia dan berbagai keajaiban serta membuat aku memahami makna
kehidupan

 Hawa yang membimbing adam keluar dari sorga atas kemauannya sendiri, sementara
Selma menuntun aku masuk dengan rela kedalam sorga cinta murni dan kebenaran
dengan kemanisan dan cinta kasihnya. namun apa yang terjadi pada Adam terjadi
pula kepadaku. dan pedang membara yang mengusir Adam dari Sorga mirip dengan pedang
yang menakut-nakuti aku dengan ujungnya yang mengkilap, dan memaksaku menjauhi
Sorga Cintaku yang tak pernah mengabaikan suatu perintah atau mencicipi buah dari
pohon terlarang.

Bersambung.......

Diambil dari Sayap-sayap Patah Kahlil Gibran

Tidak ada komentar:

Posting Komentar